\

Jumat, 01 Juli 2016

Posted by Unknown on 16.37.00 No comments
#sinopsis_cansuhazal2_eps10
#paramparca2_bolum35part1
Tayang: Jum’at, 01 Juli 2016
Oleh: Anies Widiyarti. Bersama: Debby Arin Anggraini, Indrie Puspita, Anisa Puji Rahayu, dan Intan Hapsari.



*Usai menutup pembicaraannya di telpon dengan Dilara, Cihan merasa begitu lega dan bahagia saat berbicara dengan Gulseren. Senyum Cihan kepada Gulseren di malam hujan lebat itu, ketika mereka berdua saja di dalam mobil... Duh... Bikin makin nyesss gimana gitu, hehhe.. Berasa hujan yang harusnya membawa udara dingin, mendadak menjadi hangat hanya karena senyuman Cihan dan juga sambutan wajah yang cerah dari raut muka Gulseren... 

*Ozan berjalan di tengah keramaian jalanan dengan menampakkan raut muka yang penuh dengan kemarahan dan kebencian...

*Di dalam mobil, Cihan dan Gulseren melanjutkan pembicaraan tentang Cansu, Oskan, dsb..dsb... Pssssttttt... Gulseren justru terlihat makin natural cantiknya di scene berikut lho... Aura seksinya, senyumannya yang manis, serta mata hijaunya yang indah, seolah-olah mampu berpadu dan menyatu dengan kharismatiknya Cihan serta hujan yang turun malam itu. Tak perlulah adegan ciuman itu dituntaskan sampai ke ujung, cukup dengan pelukan yang erat, kecupan di kening dan pelipis, usapan tangan di bibir, bahkan romantisnya rasanya tidak akan habis-habis... Dewasa sekali percintaan berdua ini... Dramatisasi latar berikut back song soundtrack utama sudah dapat mewakili untuk menggambarkan keindahannya.

*Ozan rupanya sedang mematai-matai/ mengawasi Gulseren dan Cihan yang baru saja pulangdari ‘kencan dadakan’, haddeh.. Perasaan, gak rela banget kl latar music scoring yang baisanya dipakai untuk melatari scene Harun, di scene Ozan ini, music scoring tersebut juga terpakai, wwweew... Hahha..

*Gulseren masuk ke dalam rumah, menyapa Deriya dengan perasaan lega dan bahagia. Lanjut kemudian mereka berdua saling berpelukan. Tak lama, terdengar pintu diketuk. Gulseren mengira kl itu adalah Cihan yang mungkin dia sedang kelupaan sesuatu. Tapi ternyata...!!!

*Ozan yang datang!!! Dengan wajah yang sudah memperlihatkan urat kemarahan, Ozan tiba-tiba langsung menodongkan pistol ke arah Gulseren. Seketika itu juga Gulseren merasa terkejut. Deriya pun langsung berteriak kaget dan histeris melihat Ozan yang bertindak nekad tersebut...

*Gulseren yang belum habis rasa terkejutnya melihat Ozan menodongkan pistol ke arahnya, berusaha berbicara dan bertanya kepada Ozan, ada apa sebenarnya. Ozan yang sedang begitu emosional, terus menodongkan pistolnya ke arah Gulseren dengan tangan yang gemetaran.

*Sigap, Gulseren menampik pistol itu dari tangan Ozan. Pistol terjatuh ke lantai, Gulseren langsung mengambilnya, dan lanjut mengarahkan pistol tersebut ke kepalanya sendiri. Gulseren berkata dengan setengah berteriak sekaligus dengan nada yang tegas kepada Ozan, termasuk mengatakan kl dia mencintai Cihan. Ozan yang masih terlihat emosional dan gelagapan, di tengah tangisan dan kemarahannya, berusaha menyangkal semua yang dikatakan Gulseren dengan berteriak menyuruh Gulseren diam. Akan tetapi, Gulseren lebih tegas dengan segala responnya. Ozan menyuruh Gulseren untuk menurunkan pistolnya dari arah kepala Gulseren.

*Gulseren akhirnya menurunkan pistol itu ke bawah. Ozan menangis, begitu juga dengan Gulseren. Namun ketika Gulseren hendak memeluk Ozan, berniat ingin menenangkan, Ozan menolaknya dan langsung pergi meninggalkan apartemen Deriya. Lalu Gulseren menutup pintu dan menangis.

*Ozan berjalan menuruni tangga dengan langkah yang gontai, sambil terus menangis. Sempat duduk sebentar di pintu gerbang serambi apartemen sambil menggumamkan sesuatu, Ozan akhirnya berjalan meninggalkan apartemen dengan terus menangis. Scene yang benar-benar ironis dan memprihatinkan.  Ozan... Keinginanannya untuk melindungi sang ibu, tekadnya untuk bisa menyelamatkan rumah tangga orang tuanya, apapun Ozan tak bisa sepenuhnya disalahkan. Tapi bagaimanapun, dalam hidup ini tak semuanya berjalan sesuai  yang kau inginkan, Ozan... Belajarlah dan bersabarlah!!!

*Di kediaman Gurpinar, Dilara memberikan handuk kepada Cansu untuk mengeringkan rambutnya. Mereka berdua sedang berbicara di kamar. Cansu sedikit-banyak masih terlihat mendebat Dilara. Dan Dilara berusaha menanggapi Cansu sesabar mungkin.

*Di ruang keluarga Gurpinar, Nuray dan Keriman sedang berdebat. Ampun deh Keriman...!!! Ngomel dari kapan mulai, entah akan berhenti kapan... Hadddeh...

*Dilara menyuruh Emine untuk menyiapkan kamar bagi para ‘tamu kehormatan’, wkwkwkwkkk...

*Nuray yang sudah tidak sabar dan kebingungan karena sejak tadi didiamkan oleh tuan rumah di ruang keluarga, berteriak-teriak memanggil orang-orang yang ada di rumah tersebut. Hazal yang sedang tidur di kamarnya merasa terganggu dengan teriakan Nuray. Hazal bangun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kursi rodanya. Ya elllah... Masih ingat saja dengan acara lumpuh bokisnya nie bocah satu,,

*Sema mempersilakan Nuray dan Keriman untuk segera menuju ke kamar yang telah disiapkan. Nuray seperti setengah mengeluh dan protes kepada Sema tentang sesuatu hal, tapi tampaknya Sema menanggapinya dengan santai..sambil lalu.

*Hazal muncul di ruang keluarga dan ketika melihat Keriman, gadis itu lanjut memanggilnya. Hadddoh... Langsung Keriman bertingkah layaknya artis yang lebay... Melihat kemunculan Hazal yang tiba-tiba, puar-puranya Keriman merasa terkejut, sok antusias, dan segera menghampiri Hazal dengan begitu rupa. Sayang yang diantusiasi sudah terlalu jengah melihat tingkah Keriman, wkwkwkwkkk..

*Cansu menyusul ke ruang tamu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Cansu melihat Hazal sedang berada di dekat Keriman. Hazal juga sempat mengatakan sesuatu kepada Cansu. Entah apa yang disampaikan, yang jelas dari muka Hazal ketika berbicara denagn Cansu, terlihat masam dan menjengkelkan.

*Keriman mengenalkan Hazal kepada Nuray. Nuray yang lebay nya sebelas-dua belas dengan Keriman, langsung menghambur mendekati Hazal untuk menciumi pipi Hazal. Dasar Hazal... Dia langsung menghapus dengan usapan tangannya, bekas ciuman pipi Nuray yang mendarat di kedua pipinya, hahha.. Keriman menjelaskan kepada Hazal , siapa Nuray. Nuray kemudian juga menunjukkan dan mengenalkan bayinya kepada Hazal.

*Di bengkel, Oskan merasa putus asa dan marah atas nasib yang sedang menimpanya sekarang. Gelas yang ada di atas meja pun ikut jadi korban amukan Oskan.

*Di kamar tamu, Keriman masih saja terus mengomel dan mengeluh, sementara Nuray sedang memberi minum dan menenangkan bayinya yang sedang dalam gendongannya. Nuray menyuruh Keriman mengambil air untuk mengisi botol.

*Secara tak sengaja, Keriman masuk ke kamar hazal dan duarrrrrrr... Keriman melihat Hazal bisa berdiri dan berjalan dengan kakinya sendiri. Keriman dan Hazal sama-sama terkejutnya, sampai-sampai botol air yang ada di tangan Keriman terlempar jatuh. Tapi tentu saja terkejutnya dengan alasannya sendiri-sendiri. Keriman terkejut bahagia melihat Hazal sudah bisa berjalan sendiri (entah ini ekspresi bahagia sungguhan atau lagak saja seperti biasanya, wwweew), tapi justru Hazal marah-marah karena melihat Keriman masuk ke kamarnya tanpa izin.

*Mendengar keributan di kamar Hazal, Dilara langsung menghampiri dan masuk ke kamar Hazal. Dilara menanyakan ada keributan apa kepada Hazal dan sempat sedikit curiga melihat sandal kamar Hazal. Hazal berdalih bahwa sebelumnya ia sempat jatuh dan Dilara kelihatannya percaya dengan jawaban dari Hazal. Untuk sementara, Dilara masih bisa diperdayai. Tapi tidak rupanya untuk Keriman. Kedipan mata Hazal kepada Keriman menandakan kl Keriman setingkat lebih ‘canggih’ dalam membaca tipu muslihat Hazal. Bahkan ketika Keriman berniat mengatakan apa yang tadi dilihatnya kepada Dilara, dengan cepat Hazal mengisyaratkan tutup mulut untuk Keriman.

*Di apartemen, Deriya masih berusaha untuk menenangkan Gulseren yang belum hilang dari rasa syoknya usai tadi insiden dengan Ozan. Deriya terus memberikan nasehat dan dukungannya kepada Gulseren.

*Gulseren mengambil pistol Ozan yang diletakkan di atas meja rias, di kamarnya. Gulseren kemudian menyimpan pistol tersebut di laci, di bawah handuk.

*Sementara itu, Ozan di kamarnya sedang berbaring dan memandangi foto-foto semasa ia kecil bersama denagn Cihan. Foto-foto itu tampak berserakahan. Ozan sesekali masih terlihat meneteskan air matanya. Ozan, berharap kau dapat mengambil hikmah di balik kenekadannya yang sempat kau lakukan tadi...

*Di dermaga, halaman belakang rumah, Cansu sedang berdiri sambil menelpon. Cansu berusaha untuk menghubungi ayahnya, namun sepertinya tak ada respon, mengingat ponsel Oskan yang ketinggalan di kedai milik Abidin kemarin.

*Cihan berjalan mendekati Cansu, berusaha mengajaknya bicara. Cansu masih terlihat malas menanggapi Cihan. Tapi Cihan terus mengajaknya bicara. Cansu kelihatannya masih marah dan berburuk sangka kepada Cihan. Dan Cihan terus berusaha meyakinkan putrinya tersebut. Cihan pada akhirnya sampai tega untuk membentak Cansu karena gadis itu makin keras kepala dengan pendapatnya. Cansu pun terlihat makin emosional dan bergegas pergi meninggalkan pembicaraannya dengan Cihan.

*Ozan bertemu dengan Keriman secara kebetulan ketika Keriman tak sengaja menabraknya, seusai Ozan menuang dan minum teh dari cangkirnya. Ozan yang terkejut dengan kehadiran Keriman di rumahnya, menanyakan kepada Keriman apa yang sedang dilakukan di rumah tersebut. Tentu saja Keriman sudah sudah siap dengan gaya penjelasannya kepada Ozan. Hhheeeiisstt...

*Gulseren sedang merias dan mematut diri di depan meja rias ketika Deriya masuk ke kamar untuk menyapanya. Gulseren bersiap-siap untuk pergi, kelihatannya untuk memenuhi panggilan wawancara kerja. Di antara obrolan Gulseren dan Deriya, sepertinya mereka menyinggung-nyinggung tentang Cansu. Oy, melihat Deriya itu selalu menyenangkan ya, Paramparca Fan... Kecantikan dan ketulusan hatinya kepada Gulseren berikut paket lesung pipit di pipinya, bikin setiap kali melihat Deriya jadi berasa adem..menarik, hehhe..

*Pagi itu, di kediaman Gurpinar... Dilara tampak begitu menawan, berbalut gaun tidur panjang berwarna merah marun... Dia lanjut berjalan dan berdiri di depan jendela ruang kelurga sambil membawa cangkir minumannya... Tampak dia menyapa dan berbicara dengan Cihan yang sedang duduk membaca koran di seberang ruangan, tak jauh dari tempat Dilara berdiri... Angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut dan gaun Dilara, sumpahhh... Bikin Dilara terlihat makin istimewa!!! Seolah-olah dramatisasi angin itu ikut bercerita dan menegaskan, betapa menawannya sang nyonya rumah... Sayang sang suami seperti acuh saja dengan keindahan yang ada di dekatnya tersebut

*Di tempat lain, Harun dan Chandan sedang membicarakan Cihan. Nada-nada bicara penuh kemenangan dan kepuasan mewarnai pembicaraan mereka berdua. Tapi sesudahnya, ketika Chandan melanjutkan pembicaraannya tentang Cihan dan Dilara, dengan sekejap raut muka Harun berubah menjadi penuh ketegangan dan kelihatan menggumamkan sesuatu.

*Dilara dan Cihan masih berbicara di ruang keluarga. Ketika berniat akan mengakhiri pembicaraannya dengan Cihan dan ingin menemui Cansu, Cihan justru mengatakan kepada Dilara kl Cansu sedang pergi karena masih marah dengannya.

*Diantar Bachtiar, Cansu mendatangi bengkel tempat Oskan bekerja. Cansu mendapati Oskan masih tertidur di sebuah kursi, di dalam bengkel. Cansu beranjak membangunkan Oskan dan sejenak kemudian Oskan terbangun dan menyadari kl Cansu yang telah membangunkannya. Cansu mengajak Oskan bicara. Setelahnya, Oskan berjalan menuju ke sebuah wastafel untuk cuci muka dan lanjut mengeringkannya dengan handuk. Cansu hanya bisa terdiam sementara terus mengikuti kemana ayahnya berjalan. Oskan lalu menyuruhnya untuk duduk.

*Dilara marah kepada Cihan. Sepertinya kemarahan Dilara karena Cihan membiarkan Cansu untuk menemui Oskan. Cihan yang jengkel menyuruh Dilara diam sambil beranjak pergi dari ruangan. Dilara hanya bisa menggumam kesal melihat sikap Cihan pagi itu.

*Oskan dan Cansu melanjutkan pembicaraan mereka. Pasangan ayah-anak ini, sebenarnya juga tak kalah asyik dengan apabila kita melihat Cihan bersama putrinya, hehhe.. Oskan sepertinya berusaha menjelaskan kepada Cansu tentang perasaannya sebenarnya kepada putrinya. Lagi-lagi... Oskan menarik hati saiya di scene berikut ini... Di sela-sela isak tangisnya ketika berbicara dengan Cansu, Oskan terus berusaha meyakinkan Cansu untuk lebih baik kembali berada dalam pengasuhan Cihan, daripada bertahan bersama dirinya, tapi Oskan tidak sanggup mencukupi segala kebutuhan Cansu. Namun sepertinya Cansu juga tak mau kalah berkeras agar tetap dapat bertahan dengan ayah kandungnya. Hhmmm... Indah sekaligus mengharukan menonton scene ini...

*Harun dan Chandan sedang menikmati sarapan bersama. Chandan menyuruh Harun untuk duduk karena rupanya Harun terlihat lebih menikmati kopi dan membaca korannya sambil berdiri. Berdua saling serius, sambil sesekali terlihat becanda. Tak lupa kecupan manis di bibir turut ‘mampir’ menghangatkan pagi itu, wwweew... Harun kepada Chandan... Berasa hanya nafsu saja yang menghiasi keduanya, alih-alih terlihat sebagai pasangan yang tengah saling jatuh cinta.. Mungkin yang cinta Chandan nya doank, kl Harun ya jelas tidak, hahha...

*Soulmas bergegas membangunkan Alper yang masih tertidur pulas di bawah selimutnya. Diwarnai dengan pertengkaran, berdua ini serasi benar sebagai pasangan pecundang, wkwkwkwkk..

*Harun dan Chandan masih asyik dengan pembicaraannya. Kali ini giliran Dilara yang menjadi topik bahasannya.

*Soulmas menuangkan kopi di cangkir, untuk bersiap-siap sarapan. Tak lama Alper menyusul ke meja makan. Rupanya pertengkaran di kamar tadi masih berlanjut hingga ke meja makan. Alper dan Soulmas terus saling berdebat. Ada Harun disebut-sebut di antara pembicaraan mereka berdua.

*Cansu sempat berpapasan dengan Cihan di halaman rumah, seusai pulang dari menemui Oskan. Namun Cihan sama sekali tak digubrisnya. Masuk ke dalam rumah, pun dengan Dilara yang ketika menyapa Cansu gadis itu malah langsung bergegas masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Terdengar Cansu menangis. Dilara berusaha mengajak Cansu bicara, tapi Cihan menyuruh Dilara untuk mengurungkan niatnya terlebih dahulu. Sementara di kamarnya, Cansu masih terus menangis.



NEXT: Gulseren terancam hampir diperkosa oleh seorang laki-laki ketika sedang melakukan wawancara kerja.

0 comments:

Posting Komentar