\

Jumat, 01 Juli 2016

Posted by Unknown on 16.50.00 No comments
#AniesWidiyarti_DemiSangBuahHati_CnH2_9 Sebuas-buasnya harimau, dia tidak akan memangsa anaknya sendiri. Dan oleh karena itu, seegois-egoisnya orang tua, berharap mereka tidak akan mengorbankan kebahagiaan dan masa depan sang putra-putri. Binatang yang tak berakal dan tak berhati nurani saja seolah-olah tahu diri, apalagi manusia yang dianugrahi oleh Yang Kuasa dengan akal dan perasaan... Akan tetapi, yang sering terjadi justru karena saking kompletnya kita sebagai makhluk ciptaanNYA, makin banyak juga yang serba ‘ajaib’ dan keterlaluan yang kita lakukan. Bukan lagi urusannya egois kl sampai belakangan sering mendengar kasus-kasus kriminal orang tua tega berbuat jahat dengan anaknya sendiri... Hhuufftt... Tak sadarkah para orang tua kl anak itu sebatas titipan dari Tuhan?!! Logikanya kl itu titipan, berarti anak-anak tersebut harus dirawat, dibesarkan, dan dididik dengan hati-hati dan sebaik-baiknya, karena kl sedikit saja ada yang lecet dan kurang berkenan, pasti sang empunya yang menitipkan akan merasa kecewa. Masih ingatkah kau para orang tua? Hhmmm...


Namun itulah kehidupan, satu sisi akan selalu ada yang mengecewakan dan menyakitkan hati, di sisi yang lain juga akan selalu hadir cerita seputar kasih sayang serta pengorbanan orang tua untuk anak-anaknya yang mengharukan sekaligus menginspirasi. Tak jarang bahkan orang tua rela menjadi babu demi melihat anaknya kelak bisa menjadi seorang majikan kaya atau dokter. Atau juga cerita seorang anak yang tidak ingin terlalu menyusahkan orang tuanya, maka mereka tergerak untuk ikut turun tangan membantu meringankan beban orang tuanya... Indahnya kehidupan ya jika segala sesuatunya berjalan saling beriringan dan pengertian... Tapi kehidupan juga tidak akan menjadi pembelajaran, jika segala sesuatunya berjalan pada treknya. Maka itu Tuhan memberikan kita berbagai macam dan bentuk ujian, cobaan, atau juga teguran untuk dilalui, dijalani, dan InsyaAlloh akan jadi pengalaman yang berharga selama hidup. Namun sekali lagi, tak semuanya mampu dengan bijak dan legowo melewati ujian, cobaan, dan teguran dariNYA. Dan dari sinilah cerita segala keruwetan di kehidupan berawal, termasuk cerita ruwetnya problematika antara orang tua dan anak atau juga sebaliknya.


Kisah Cansu bertemu orang tua kandungnya yang sikonnya jauh berkebalikan dari orang tua yang merawat dan membesarkannya dari bayi hingga 15 tahun berselang, boleh jadi inilah cerita yang dapat dijadikan bahan perenungan dan pembelajaran untuk semuanya. Cerita tentang penerimaan dan penemuan kasih sayang yang selama ini seperti belum sampai pada tahap yang diinginkan. Mungkin Oskan dan Gulseren Gulpinar bukanlah Cihan dan Dilara Gurpinar yang berada dan berkecukupan, tapi Cansu yang menerima dan menyayangi Gulseren dan Oskan seiring cerita yang berjalan, begitu mengharukan dan jadi cerita kesayangan tersendiri. Dari cerita Cansu yang dulu di awal-awal malah yang berinisiatif terlebih dahulu untuk mencari siapa ibu dan ayah kandungnya dan berlanjut ketika bertemu Gulseren, ia langsung begitu menyayangi dan membanggakan ibu kandungnya, terlepas dari sikon Gulseren yang serba terbatas kehidupan perekonomiannya, seolah-olah turut membawa pada sebuah inti masalah bahwa yang terlihat indah dan penuh kenyamanan, tak menjamin kebahagiaan. Kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, dan perasaan untuk dianggap ‘ada’, ternyata menjadi lika-liku cerita yang seperti tiada ujungnya.


Dan sekarang, ketika Cansu mulai bermasalah dengan Gulseren dan Cihan akibat  ketakutan mereka berdua akan mengabaikan anak-anak karena tengah dimabuk asmara, membuat Cansu berkesempatan lari dan mengadu kepada Oskan, sang ayah kandung. Yupz. Lari dan mengadu yang sedikit berbau pelampiasan dan keputusasaan dari Cansu, untuk membalas perlakuan Gulseren dan Cihan yang menurutnya hanya berlagak saja menyayangi anak-anaknya demi memuluskan penyatuan cinta mereka. Beruntung Oskan selama Cansu ada di dekatnya, dia tidak sampai mencuci otak Cansu dan menambah panas sikon dengan menceritakan hal-hal yang buruk tentang Gulseren dan juga Cihan kepada anak kandungnya tersebut. Terlepas dari perlakuan Cihan dan Dilara yang dirasa begitu berlebihan dan terkesan tidak menganggap Oskan sebagai ayah kandung Cansu, namun Oskan hanya mempedulikan dan memikirkan bagaimana membuat Cansu bisa bahagia dan nyaman ketika tinggal bersamanya. Hingga akhirnya cerita yang begitu mengharukan di episode yang semalam bergulir.


Oskan Gulpinar bukanlah seorang laki-laki, suami, atau ayah idaman. Dia hingga akhirnya pernikahannya dengan Gulseren, hampir tak menyisakan cerita positif untuk sekadar digunjingkan. Bahkan Oskan malah seperti ketularan mata duitan dan keranjingan terhadap uang seperti halnya sang kakak, Keriman. Sebelum-sebelumnya cerita perhatiannya kepada Cansu, hanya seperti sok-sokan saja. Malah akhirnya muncul Nuray, perempuan yang dihamilinya semasa Oskan tinggal dan bekerja di Jerman, makin blangsaklah statusnya sebagai laki-laki. Hhhufftt... Tapi kiranya Tuhan masih menyayangi Oskan dan memberinya kesempatan untuk menunjukkan bahwa ia sebenarnya masih berhati. Hingga pada saatnya Cansu berlari ke pihaknya. Saatnya kau yang memegang peranan, Oskan...


Pikirmu kau masih punya simpanan di bank untuk jaminan bahwa kau bisa menghidupi Cansu sebagaimana Cihan dan Dilara Gurpinar menghidupinya, tapi semuanya seperti tinggal mimpi ketika uang yang diandalkan tak bisa untuk dicairkan. Habiskah kesempatan untuk menjadi ayah yang baik? Ahh, Oskan... Yang Tuhan maksudkan bukan kau yang menghidupi anakmu hanya dengan gampangnya, tanpa perjuangan, tanpa pembelajaran. Tuhan kiranya menginginkan kau lebih menggunakan hati dan wibawamu sebagai seorang laki-laki dan ayah yang bertanggung jawab dan juga penuh pengorbanan. Apa jadinya jika uang simpanan di bank bisa kau ambil, pastilah kau tetap menjadi Oskan yang terlalu menggampangkan dan arogan. Maka ketika Yang Di Atas ingin kau menjadi lebih baik, dibuatlah kau menjadi seperti halnya seorang brengsek yang tiba-tiba dalam sekejap berubah menjadi seoarng ayah yang bertanggung jawab dan berjiwa besar hanya karena permohonanmu kepada Cihan untuk merawat dan membesarkan Cansu di tangannya.


Meskipun terkesan pasrah dan belum maksimal dalam berjuang, tapi setidak-tidaknya Oskan sudah membuat sebuah keputusan yang bijak, agar anaknya tetap bisa hidup layak dan mempunyai masa depan yang lebih terjamin, daripada ketika sang anak dipaksakannya untuk hidup dalam pengasuhannya. Toh Oskan sejauh ini bisa melihat Cihan sebagai orang tua bagi Cansu dia jauh dari kata mengecewakan. Inilah keputusan yang dianggap paling baik dan memungkinkan untuk saat ini, meskipun Oskan di satu sisi belum mendengar pendapat dari Cansu, tentang hal yang diputuskannya tersebut. Percayalah, Oskan.. Di balik niat baik, ada Tuhan sebagai jaminanya. Cansu tidak akan pernah meninggalkanmu.


Cansu bukanlah Hazal yang manipulatif dan licik. Tapi sayangnya, setiap kali Hazal terlihat sudah seperti mendekati ‘kemenangannya’, saat itu pasti Cansu muncul dan seolah-olah selalu jadi ‘malapetaka’ tersendiri baginya. Dasar, Hazal... Pikirannya yang selalu jelek, tak menjamin kebahagiaannya meski sekarang dia tinggal  bersama Cihan dan Dilara, sang orang tua kandung. Pikiran-pikirannya yang licik, suka berbohong, dan tak henti berbuat culas serta curang kepada orang-orang di sekitarnya, membuat Hazal seperti selalu terkurung dalam penderitaannya sendiri. Tambah sekarang dia harus berhadap-hadapan lagi dengan Keriman di rumah Cihan dan Dilara, wkwkwkwkkk... Selamat datang kembali, Bibi Keriman... ‘Sang guru’ licik dan ‘panutan’ drama queenku, xixixiii... Yeeeayy... Hazal bakalan serumah lagi neh dengan Keriman...


Untuk Cihan yang selalu di hati, semangatttt, Ayah tampan... Perang yang diinginkan oleh Harun baru saja dimulai... Setidak-tidaknya, meski musuhmu yang jelas belum terlihat batang hidungnya, tetaplah kau mulai waspada... Karena yang sedang kau hadapi sekarang adalah seseorang yang punya dendam... Dendam yang hingga sekarang belum jelas bentuknya seperti apa. Coba tanyakan saja kepada Chandan, yang sekarang bak ‘budak cinta’ untuk Harun, wkwkwkwkkk... Chandan... Tunggu saja sampai semuanya jelas bagimu... Karena yang cukup jelas sekarang untuk yang lainnya (terkecuali Chandan), Harun ternyata tak punya tempat untukmu, selain hanya Dilara. Untuk Chandan seorang, hanya ada buket-buket bunga yang tak penting, karena buket Bunga Erguvan  hanya dipersembahkan oleh Harun kepada Dilara.


Ahh, Dilara yang katanya mengeluh kesepian di hadapan Ozan... Sebentar lagi kau akan belajar bagaimana bila hatimu sudah beraksi dan berbicara, Dilara... Dan kau akan merasakan betapa harga diri akan jadi cerita yang kesekian, ketika cinta dan hati sudah saling bertaut. Jujur, melihatmu semalam ketika memilih untuk agak menahan diri ketika berselisih paham dengan Cihan, saya koq justru suka dan salut yaa... Kau terlihat lebih bijak, alih-alih merasa kalah suara dari suamimu... Masing-masing dengan alasannya sendiri-sendiri, semoga tetap ada penyelesaiannya. Dilara dan Cihan... Seperti sudah memegang nasibnya sendiri-sendiri.


Seperti halnya Cihan dan Gulseren yang tetap bertahan meski sekarang semakin banyak yang menentangnya. Bahkan di balik kebingungan mencari sang putri, tetap ada waktu untuk saling bercerita dan mengurai hati. Biarlah semua berjalan apa adanya. Jika yakin dengan yang sudah dijalani, tak melawan hati nurani, mintalah pada Tuhan untuk senantiasa mengiringi perjuangan dan cinta kalian. Berharap yang terbaik. Have a sweet Friday... Happy long weekend... Salam hangat.





0 comments:

Posting Komentar