\

Sabtu, 19 Maret 2016

Posted by Unknown on 18.49.00 No comments
#AniesWidiyarti_KisahKasakKusukCansuHazal2_4 Mari saatnya bicara tentang Dilara Gurpinar. Istri Cihan Gurpinar ini sepintas memiliki segalanya yang diimpi-impikan oleh para perempuan sejagad. Terlahir dari keluarga kaya, Dilara  ternyata tak hanya dianugrahi oleh Tuhan dengan harta yang melimpah, tapi juga fisik yang rupawan dan nyaris tanpa cela. Garis wajahnya seperti menggambarkan dia mewarisi darah aristokrat yang terhormat. Bahkan sempat dilontarkan oleh sang adik tiri, Alper, keluarga besar Dilara masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Dinasti Ottoman. Hhmmm.., tak salah lagi memang. Lagian siapa yang tidak iri melihat Dilara, dengan paras wajahnya yang cantik dan postur tubuh yang ramping-semampai, Dilara Gurpinar selalu berkelas  dalam setiap kemunculannya. Apalagi untuk gaya berpakaiannya yang super stylish, percaya tidak percaya inilah yang paling membuat saya ‘iri maksimal’, wkwkwkwkwkkk...Bahkan untuk perempuan seusianya, ketika memakai gaun model kemben atau backless, Dilara masih bisa terlihat sangat seksi dan elegan. Alih-alih terlihat too much atau ‘kedodoran’ show off. Halo, Iclal, sang mantan Nyonya Yigit Kozan, belajar neh dengan Tante Dilara bagaimana untuk menjadi sosialita yang paripurna (hehhe.. Maaf oot sedikit yaaa...).



Selain kekayaan dan kecantikan, Dilara juga memiliki sebuah keluarga yang lagi-lagi akan bikin iri bagi semua yang melihatnya. Dilara bersuamikan seorang pengusaha jaringan restoran Dark Blue, Cihan Gurpinar yang tampan dan kharismatik. Selain itu, pasangan ini dikaruniai sepasang putra-putri yang tak kalah rupawan dengan orang tuanya, ada Ozan dan Hazal Gurpinar. Lazimnya orang kaya utamanya para perempuan kelas atas, kehidupan sosial dan pergaulan Dilara pasti tak jauh-jauh dari perkumpulan arisan-arisan berbudget besar atau juga yayasan-yayasan yang katanya untuk tujuan sosial-kemanusiaan. Katanya lho yaaa... Hehhe.. Bahkan mungkin hampir seluruh waktu Dilara habis untuk mengurus yayasan bersama teman-temannya. Sedangkan waktu untuk mengurus rumah? Hehhe... Apa gunanya menggaji Emine, dkk kl masih harus Dilara yang turun tangan mengerjakan segala urusan tetek-bengek di rumah... Dan inilah nantinya, “Selamat semakin menumpuk masalah”.


Dan ternyata, menikah selama 19 (sembilan belas) tahun, ternyata rumah-tangga  Dilara dan Cihan tak sesempurna yang orang sangka. Bahkan Cihan menyebut,  dari awal pernikahan di antara mereka memang tidak ada cinta sama sekali, hingga akhirnya mereka mempunyai anak, toh itu tidak membuat Cihan mengurungkan niat untuk beberapa kali ingin menceraikan Dilara. Entah karena beda konsep dan prinsip dalam memandang perkawinan, Dilara selalu berbeda pendapat tentang cara dia memandang pernikahannya dengan Cihan Gurpinar. Jika Cihan menganggap di dalam pernikahan mereka sudah hampir tidak bisa diselamatkan lagi, Dilara justru menganggap bahwa pernikahan mereka selama ini baik-baik saja. Dilara merasa dia bisa menjadi teman yang baik dan sepadan bagi Cihan dan juga mencintainya. Tapi teman yang bagaimana dan mencintai yang seperti apa, itulah kiranya yang menjadi buntu bagi Cihan selama sembilan belas tahun pernikahannya dengan Dilara.

Ketika pada akhirnya di tengah krisis rumah-tangganya bersama Dilara, Cihan bertemu dan jatuh cinta dengan Gulseren Gulpinar, hal tersebut justru seperti membantu menjelaskan sebenarnya apa yang menjadi konflik dalam rumah tangga Dilara dan Cihan dan apa serta bagaimana yang dimau Cihan dari seorang perempuan agar menjadi istri yang benar-benar dicintainya. Bukan sekadar Dilara yang terkesan serasi dalam pandangan, tapi njomplang di urusan perasaan. Cihan rupanya menginginkan seorang istri yang benar-benar bisa jadi ‘ratu’ di dalam rumah tangga dan keluarganya. Istri yang tidak hanya pandai bersosialisi, tapi juga telaten mengurus suami dan anak-anaknya. Istri yang tak terlalu pusing dengan pandangan dan pencitraan dari luar, tapi seorang istri yang mengutamakan keluarga di atas segala-galanya.



Bagi seorang pebisnis sibuk seperti Cihan, mungkin dia lebih membutuhkan seorang istri yang bila sepulang dia lembur di kantor, ketika sampai di rumah dia  akan dibukakan pintu oleh sang istr,i lanjut kemudian disediakan secangkir teh atau kopi, serta kemudian dilayani makan malam dengan tangan sang istri sendiri. Mungkin Cihan juga lebih nyaman jika anak-anaknya akan diasuh oleh istrinya sendiri dan para pengasuh hanya sebagai asisten saja. Atau seorang istri yang dijadikan teman curhat di tempat tidur atau juga ruang baca untuk sekadar berbagi tentang apa saja yang seharian ini terjadi di kantor dan di rumah. Halo, Dilara... Sudahkan kau benar-benar menjadi teman sehati dan sejiwa dari Cihan Gurpinar?

Mungkin Cihan juga tidak akan terlalu menentang, jika di antara kesibukanmu mengurus yayasan dan bersosialisasi dengan kawan-kawanmu, kau masih menyempatkan waktu untuk sekadar bertukar pendapat dengan Emine, masak apa hari ini, bagaimana dengan sekolah anak-anak, bla..bla..bla... Terlebih ketika akhirnya prahara itu benar-benar datang, saat anak perempuanmu, Cansu ternyata bukan anakmu dan ada Hazal yang kemudian datang memohon pengakuan sebagai anakmu... Kau terlihat semakin ingin menang sendiri, Dilara.. Sementara suamimu sedang bingung mengatur perasaannya, menjaga suasana hati anak-anak yang saling tertukar dan juga Gulseren agar tidak saling tersinggung... Bagaimana bisa Dilara hanya berpikir bahwa Hazal harus dikembalikan ke dirinya dan diasuh bersama-sama dengan Cansu? Lha bagaimana dengan Cansu dan Gulseren? Inilah kemudian salah satu yang membuat Cihan semakin habis kesabaran dengan Dilara dan makin terpikat dengan Gulseren.

Inilah kurang lebih Dilara dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sungguhpun dia tampak menjengkelkan, tapi Dilara bukan tipe perempuan berwatak jahat apalagi bodoh. Dilara selalu punya kelasnya sendiri, hehhe... Dilara hanya terbiasa dengan cara pandangnya yang ningrat, tergila-gila dengan pencitraan, tapi kurang peka untuk ukuran dia sebagai seorang perempuan, terlebih sebagai ibu. Pendek cakap, nalurinya sebagai ibu seperti hanya sekedarnya saja. Sayang dan perhatiannya kurang bisa masuk dan dirasakan oleh anak-anaknya. Seidak-tidaknya, ini bukan sesuatu yang fatal atau hal yang benar-benar tidak bisa berubah. Mungkin butuh pemicu, Dilara? Makanya ada Gulseren yang kemudian justru seperti mencoreng harga dirimu sebagai seorang ibu dan perempuan kan?? Inilah kehidupan, Tuhan selalu mempunyai cara-caraNYA sendiri untuk menegur dan menyayangi umatNYA. Have a sweet Saturday... Salam hangat.





 

0 comments:

Posting Komentar